Jumat, 20 Juni 2008

FILSAFAT YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN

PROGRESIFISME

Aliran progresifisme mengakui dan berusaha mnegembangkan asas progresifisme dalam semua realita, terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Progresifisme dinamakan intrumentalis, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, kesejahteraan, dan untuk mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekkan asas eksperiman yang merupakan untuk menguji kebebnaran suatu teori. Progresifisme dinamakan Environtalisme, karena aliran ini mengangkap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian(Noor Syam, 1987 : 228-229)

Tokoh-tokoh Progresifisme antara lain :

  1. William James ; Dilahurman New York, tanggal 11 Januari 1842 dan meninggal di Choruroa, New Hemshire tanggal 26 Agustus 1910. Menurut James bahwa otak atau pikiran seperti juga dari eksistensi organic harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Buku karangannya burjuduk “principles Of Psychology yang terbit tahun 1890. William James terkenal sebagai ahli filsafat pragmatisme dan Empirisme radikal.
  2. John Dewey ; lahir di Borlington Vermont, pada tanggal 20 Oktober 1859, dan meninggal di New York tanggal 1 Januari 1951. beliau juga termasuk salah seorang bapak pendiri filsafat pragmatisme. Dewey mengembangkan pragmatisme dalam bentuknya yang orisinil, tapi meskipun demikian, namanya sering pula dihubunganka terutama sekali dengan versi pemikiran yang disebut Intrumenalisme. Adapun ide filsafatnya yang utama, berkisar dengan hubungan problema pendidikan yang konkrit, baik teori maupun praktik. Reputasi internasionalnya terletak dalam sumbangan pikirannya terhadap filsafat pendidikan progresifisme pendidikan.
  3. Hans Vaihinger ; menurutnya tahu itu hanya mempunayi arti praktis. Kesesuaikan dengan objeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia.
  4. Ferdinant Schiller dan Georges Santayana ; kedua orang ini bisa digolongkan pada penganut pragmatisme. Tapi amat sukar untuk memberikan sifat bagi hasil pemikiran mereka, karena amat pengaruh yang bertentangan dengan apa yang di alaminya (Poedjayatna, 1990: 133)

Filsafat Progresifisme sama dengan pragmatisme. Penamaan filsafat progresifisme atau pragmatisme ini merupakan perwujudan dari ide asal wataknya. Filsafat in juga tidak mengakui kemutlakan hidup, menolak absolutisme dan otoritalisme dalam segala bentuknya, nilai-nilai yang dianut bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan. Dengan demikian filsafat progresifisme menjunjung tinggi hak asasi individu dan menjunjung tinggi akan nilai demokrasi.

ESSENSIALISME

Essensialisme adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang sudah ada sejak awal pradaban umat manusia.esensialisme muncul pada zaman renaicance.Aliran ini memberikan dasar berfijak pada pendidikan yang penuh pleksibilitas terbuka untuk perubahan, toleransi,dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu, filsafat ini memandang pendidikan harus berfijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama dan tata yang jelas, yang memberikan kesetabilan. Puncak repleks gagasan ini adalah pada pertengan ke dua abad ke 19.

Renaisence merupakan pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membebtuk peribadi yang bahagi di dunia dan akhirat, isi pendidikanya mencakup ilmu pengetahuan, kesenia dan segala hal yang mampu menggerakan segala kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi aliran ini semacam miniature dunia yang bisa dijadikan ukuran kenyataan kebenaran dan keagungan. Salah satu tokoh dari aliran ini adalah Hegel, Robert Ulich, dan Butler.

REKONSTRUKSIONISME

Kata Rekonstruksionisme dalam bahasa inggris reconstruct yang berarti menyusun kembali dalam filsapat pendidikan aliran ini adalah adalah suatu alirang yang berusaha merombak tata susunan lam dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak moderen. Pada prinsipnya aliran ini sepaham dengan aliran perenialisme. Menurut Syam( 1985: 340) kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan kesimpang siuran.

Walaupun demikian, tetapi kedunya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi. Aliran perenialisme mempunyai cara tersendiri, yaitu dengan kembali kealam kebudayaan lama atau dikenal dengan regressive road culture yang mereka anggap paling ideal. Sementara rekonstruksialisme menempuh dengan jalan berupaya membina suatu consensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat islam, aliran ini berkeyakinan bahwa tugas menyelamatkan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa

Kamis, 01 Mei 2008

tugas lanjutan 2

Ø Proses psikologi yang berpengaruh pada proses belajar:


- Motivasi
adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. dan sesuatu yang dijadikan itu merupakan suatu keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan atau tujuan yang nyata yang ingin dicapai.
-Perasaan sebagai fungsi jiwa adalah mempunyai arti memulai terhadap situasi dimana dengan kita berpadu secara pribadi. Situasi-situasi yang menyenangkan kita nilai secara positif, sedangkan situasi-situasi yang tidak menyenangkan kita nilai secara negatif. Disamping itu tetu saja masih ada kemungkinan-kemungkinan bentuk kontak yang sedikit banyak bersifat netral.
-Ingatan adalah tertinggalnya bekas-bekas kesan,pesan dan pengalaman yang lampau, meskipun tidak selalu ada secara sadar, namun masih dapat ditimbulkan kembali kesadaran.
-Fantasi adalah suatu daya jiwa untuk untuk menciptakan tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan yang sudah ada pada diri kita, jadi ciri khas dari segala jiwa ini adalah menciptakan sesuatu yang baru dalam jiwa. ciptaan-ciptaan baru yang terjadi oleh fantasi ini dapat berupa kreasi-kreasi atau kesan-kesan baru tentang sesuatu yang sifatnya disadari atau kurang tidak disadari oleh orang yang bersangkutan.
-Pengamatan adalah bagaimana seseorang dapat mengenali lingkungan hidupnya karena untuk mempermudah seseorang tersebut meahami kehidupannya melalui pengamatannya.
-Perhatian adalah apabila kita mencurahkan atau memusatkan suatu pemikiran kita pada suatu objek maka kita menyadari objek itu sepenuhnya.
-Tanggapan adalah bayangan atau kesan kenangan dari pada apa yang pernah kita amati atau kenali.

Ø Riwayat tentang pakar psikologi Pendidikan di awal Perkembangan

A. RIWAYAT HIDUP JOHN DEWEY

John Dewey dilahirkan di Burlington Amerika[1] pada tanggal 20 Oktober tahun 1859 M, dan meninggal 1 Juni 1952 M, di New York.[2] Sesudah mendapat diploma ujian kandidat, ia 2 tahun menjadi guru (1879). Tiga tahun kemudian ia menjadi mahasiswa lagi dan mendapat gelar doctor dalam filsafat (1884). Ia diangkat menjadi dosen lalu asisten professor dan kemudian professor di Michingan. Sebagai professor dalam filsafat di Chicago, ia memimpin juga dibidang Pedagogik dan mendirikan suatu sekolah percobaan untuk menguji dan mempraktekkan teorinya. Sepuluh tahun ia bekerja keras pada universitas ini dan mengumpulkan serta mendidik orang-orang yang akan meneruskan cita-citanya.Pada tahun 1904 sampai 1931 ia bekerja pada Universitas Columbia di New York, disamping memberikan kuliah filsafat ia juga sering di undang oleh berbagai negara untuk memberikan kuliah, seperti : Jepang, China, Turki, Mexico, Rusia, dan Inggris. Dan pada usianya yang ke-93 ia meninggal dunia pada tahun 1952.[3]

AJARAN JOHN DEWEY

John Dewey adalah sorang pragmatis. Menurut dia, tugas filsafat ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh karena itu filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran metafisis yang tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak pada pengalaman (experience) dan menyelidiki serta mengolah pengalaman itu secara aktif-kritis. Dengan demikian filsafat akan dapat menyusun suatu system norma-norma dan nilai.Menurut Dewey, pemikiran kita berpangkal dari pengalaman-pengalaman dan bergerak kembali menuju ke pengalaman-pengalaman. Gerak itu dibangkitkan segera ketika dihadapkan dengan suatu keadaan yang menimbulkan persoalan dalam dunia sekitarnya, dan gerak itu berakhir dalam beberapa perubahan dalam dunia sekitar atau dalam diri kita sendiri. Pengalaman yang langsung bukanlah soal pengetahuan, yang mengandung di dalamnya pemisahan antara subyek dan obyek, pemisahan antara pelaku dan sasarannya. Di dalam pengalaman langsung itu keduanya bukanlah dipisahkan, tetapi dipersatukan. Apa yang dialami tidak dipisahkan dari yang mengalaminya sebagai suatu hal yang penting atau yang berarti. Jikalau antara subyek dan obyek hal itu bukan pengalaman melainkan pemikiran kembali atas pengalaman tadi. Pemikiran itulah yang menyusun sasaran pengetahuan.Menurut Dewey penyelidikan adalah transformasi yang terawasi atau terpimpin dari suatu keadaan yang tak menentu menjadi suatu keadaan yang tertentu. Penyelidikan berkaitan dengan penyusunan kembali pengalaman yang dilakukan dengan sengaja. Oleh karena itu penyelidikan dengan penilaiannya adalah suatu alat (instrumen). Jadi yang dimaksud dengan instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu, dengan cara pertama-tama meyelidiki bagaimana pikiran berfungsi dalam penentuan-penentuan yang berdasarkan pengalaman, yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.Sekolah sebagai lembaga penyelengara pendidikan menurut John Dewey mempunyai maksud dan tujuan untuk membangkitkan sikap hidup demokratis dan untuk memperkembangkannya. Hal ini harus dilakukan dengan berpangkal kepada pengalaman-pengalaman anak. Harus diakui bahwa tidak semua pengalaman berfaedah. Oleh karena itu sekolah harus memberikan sebagai “bahan pelajaran” pengalaman-pengalaman yang bermanfaat bagi masa depan anak sekaligus juga anak dapat mengalaminya sendiri. Sehingga anak didik dapat menyelidiki, menyaring, dan mengatur pengalaman-pengalaman tadi. Pandangan progresivisme mengenai konsep belajar bertumpu pada anak didik. Disini anak didik dipandang sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk lain, yaitu akal dan kecerdasan. Dan dalam proses pendidikanlah peserta didik dibina untuk meningkatkan keduanya.Menurut progresivisme, proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis. Dari segi sosiologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Psikologinya seperti yang berpengaruh di Amerika, yaitu pikologi dari aliran behaviorisme dan pragmatisme.[4] Dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui ke mana tenaga-tenaga itu harus dibimbing.John Dewey mengatakan bahwa tenaga-tenaga pendidikan itu harus diabdikan pada kehidupan sosial; jadi mempunyai tujuan sosial. Maka pendidikan adalah proses sosial dan sekolah adalah suatu lembaga sosial.[5]

B. Biografi Edward Lee Thorndike

Edward lee thorndike meski secara teknis seorang fungsionalis, namun ia telah membentuk tahapan behaviorisme Rusia dalam versi Amerika. Thorndike (1874-1949) mendapat gelar sarjananya dari Wesleyan University di Connecticut pada tahun 1895, dan master dari Hardvard pada tahun 1897. ketika disana, dia mengikuti kelasnya Williyams James dan merekapun cepat menjadi akrab.dia menerima bea siswa di Colombia, dan mendapatkan gelar PhD-nya tahun 1898. kemudian dia tinggal dan mengajar di Colombia sampai pension pada tahun 1940.http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/7 - _ftn1

Dan dia menerbitkan suatu buku yang berjudul “Animal intelligence, An experimental study of associationprocess in Animal”. Buku ini yang merupakan hasil penelitian Thorndike terhadap tingkah beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, dan burung.yang mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yang dianut oleh Thorndike yaitu bahwa dasar dari belajar (learning) tidak laian sebenaranya adalah asosiasi, suatu stimulum akan menimbulkan suatu respon tertentu.

Teori ini disebutdengan teori S-R. dalam teori S-R di katakana bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme (Hewan, Orang) belajar dengan cara coba salah (Trial end error). Kalau organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung masalah, maka organisme itu akan mengeluarkan serentakan tingkah laku dari kumpulan tingkah laku yang ada padanya untuk memecahkan masalah itu. Berdasarkan pengalaman itulah , maka pada saat menghadai masalah yang serupa, organisme sudah tahu tingkah laku mana yang harus di keleluarkan nya untuk memecahkan masalah. Ia mengasosiasikan suatu masalah tertentu dengan suatu tingkah laku tertentu. Seekor kucing misalnya, yang di masukkan dalam kandang yang terkunci akan bergerak, berjalan, meloncat, mencakar dan sebagainya sampai suatu saat secara kebetulan ia menginjak suatu pedal dalam kandang itu sehingga kandang itu terbuka. Sejak itu, kucing akan langsung menginjak pedal kalau ia dimasukkan dalam kandag yang sama.http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/7 - _ftn2

Teori Belajar yang di Kemukakan Edward Leer Thorndike

Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di amerika serikat di dominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949) teori belajar Thorndike di sebut “ Connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering juga disebut “Trial and error” dlam rangkan menilai respon yang terdapat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku beberapa binatang antara lain kucing, dan tingkah laku anak-anak dan orang dewasa.

Objek penelitian di hadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi itu, dalam hal ini objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu reaksi dengan stimulasinya.

Ciri-ciri belajar dengan trial and error :

    1. Ada motif pendorong aktivitas
    2. ada berbagai respon terhadap situasi
    3. ada aliminasi respon-respon yang gagal atau salah
    4. ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/7 - _ftn3

. Hukum-Hukum yang digunakan Edward Lee Thorndike

1. Hukum latihan :

Hukum ini pada dasarnya sama dengan hukum prekuensinya Aristoteles, jika asosiasi (atau koneksi neural) lebih sering digunanakan, maka koneksinya akan lebih kuat, sedangkan yang paling kurang penggunaannya, maka paling lemahlah koneksinya, dua hal inilah yang berturut-turut disebut dengan hukum kegunaan dan ketidak bergunaan.

2. Hukum epek

Ketika sebuah asosiasi kemudian di ikuti dengan keadaan yang memuaskan, maka hasilnya menguat begitu juga sebaliknya ketika sebua asosiasi di ikuti dengan keadaanyang memuaskan, maka koneksinya melemah, kecuali untuk bahasa “mentalistik’ (kepuasan bukanlah prilaku), karena hal itu sama dengan pengondisian operasi coperant Conditioning)-nya Skiner.

Pada tahun 1929, penelitiannya telah membawanya keluar dari semua dal diatas kecuali apa yang yang kita sebut sekarang dengan penguatan (reinforcement).http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/7 - _ftn4

Thorndike yang dikenal karena kajiannya tentang Transfer pelatihan (Transfer or Training), kemudian ia percaya (dan masih sering percaya) bahwa mengkaji subjek-subjek sulit meskipun anda tidak akan pernah menggunakannya. Adalah bagus buat anda karena hal itu memperkuat pikiran anda. Hal ini adalah sejenis latihan yang bias memperkuat otot-otot anda. Hal itu kemudian di gunakan kembali untuk membenarkan cara anak belajar bahasa latin, seperti halnya yang digunakan saat ini. untuk membenarkan cara anak belajar kalkulus. Namun dia menyatakan bahwa hanya keserupaan objek kedua dengan yang pertama sama saja yang bias mengarah pada pembelajaran yang meningkat hasilnya dalam subjek kedua. Jadi bahasa latin munglkin membantu anda belajar bahasa Italia, atau belajar aljabar mungkin membantu anda belajar kalkulus, tetapi bahasa latin tidak akan pernah membantu anda belajar kalkulus atau hal-hal lain yang berbeda

C. Sketsa Kehidupan William James

William James dilahirkan di New York pada tanggal 11 Januari 1842 dan dibesarkan dalam suatu keluarga yang gemar berdiskusi mengenai berbagai masalah, terutama yang mendorong pemikiran bebas. Ayahnya, Henry James adalah seorang pemikir orisinil. Ia telah membina putranya dengan penuh perhatian dan memberikan bekal berbagai pengetahuan. Sejak kecil, William James telah menziarahi banyak negara Eropa dengan berbagai lembaga pendidikannya, baik yang terdapat di Inggris, Swiss, Perancis, maupun yang ada di Jerman. William James telah memulai kegiatan akademiknya di Harvard dengan mempelajari ilmu kedokteran. Kemudian, ia mempelajari fisika, psikologi dan filsafat. Tentu saja ketika itu William James masih berada di bawah pengaruh langsung pemikir-pemikir Universitas Harvard.

Ketika studinya selesai, William James menjadi dosen di Harvard dalam bidang kedokteran, psikologi dan kemudian juga filsafat. Ia bergumul dengan persoalan-persoalan: Apakah arti menjadi manusia dan sejauh mana manusia itu merdeka? Bagaimana pikiran-pikiran itu mempengaruhi manusia?

Selain di Amerika. Willian James juga mengajar di Inggris, Oxford dan Edinburgh. Ia sekaligus seorang seniman dan pemikir tentang Tuhan. Disamping itu, James dapat disebut sebagai tokoh pertama yang mempopulerkan pragmatisme dan sekaligus menjadikannya sebagai mazhab filsafat yang hampir dapat dijadikan tumpuan dan pegangan kebanyakan orang Amerika.

Karangan-karangan James berisikan pokok-pokok pemikiran mengenai berbagai isu filosofis yang berkembang subur pada masanya. Beberapa diantaranya yang populer menyangkut arti kebenaran, prinsip-prinsip psikologi, kemauan untuk percaya, dan sebagainya.

Tak lama kemudian, psikologi telah membawa James ke alam filsafat sehingga ia beralih mempelajari banyak problematika agama dan metafisika. Maka, terbitlah karya besarnya, "Kemauan Untuk Percaya" (The Will to Believe) tahun 1897, serta "Aneka Ragam Pengalaman Keagamaan" (The Varieties of Religious Experiences) tahun 1902. Kemudian pada tahun 1907, terbitlah bukunya yang terkenal, Pragmatism. James juga telah membukukan karya ilmiahnya tentang problematika filsafat dengan judul "Arti Kebenaran" (The Meaning of the Truth) tahun 1909 dan "Dunia Plural" (Pluralistic Universe) tahun 1909.

William James menjadi dosen filsafat di Universitas Harvard selama kurang lebih 31 tahun dan meninggal dunia tahun 1910, setelah filsafat Pragmatismenya tersebar luas di Amerika dan Eropa. Buku-bukunya yang diterbitkan setelah ia meninggal adalah: Some Problems in Philoshophy (1911) dan Essays in Radical Empirism (1912).

Pengaruh William James terhadap tokoh-tokoh seperti Niels Bohr dan Bertrand Russel begitu besar, terutama pada ajarannya yang menyangkut dinamisme alam. Tidak hanya berkat tulisan-tulisannya, namun juga cara hidupnya, filsafat pragmatisme menjadi populer. Tanpa pragmatisme, melalui tokoh seperti James, dan berikutnya Pierce serta Dewey, maka seluruh kehidupan intelektual pada abad XX, khususnya di Amerika akan sukar dibayangkan.

Rabu, 16 April 2008

tugas lanjutan

  1. Mengapa anak pada masa remaja justru banyak terlibat hal yang kontra sosial?
    Jawab: karena pada masa remaja ini merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan, masa ini dikenal sebagai suatu periode peralihan; suatu masa perubahan yang sangat pesat; usia bermasalah saat dimana individu mencai identitas; usia yang menakutkan; masa tidak realistik,dan masa ambang dewasa, sehingga pada masa dewasa ini justru banyak terlibat hal yang kontra sosial.
  2. Mengapa psikologi pendidikan menjadi sangat penting untuk dipahami dan diterapkan oleh guru, saat memfasilitasi proses pembelajaran?
    Jawab: karena untuk memperoleh hasil yang memuaskan /sempurna /yang diharapkan dalam proses belajar mengajar guru memahami psikologi khususnya yan berhubungan dengan proses belajar mengajar akan sangat membantu seorang guru dalam ketepatan penyampaian materi yang disampaikan kepada anak didik agar mempeoleh hasil yang memuaskan.Contoh: mengenai typoloi belajar siswa. Tipe gaya belajar siswa di sekolah dapat dibagi dalam empat jenis yaitu: gaya belajar pada permulaan belajar, pada waktu menerima pelajaran, pada waktu menyerap pelajaran, dan gaya belajar pada waktu menjawab masalah/menjawab soal. Semua gaya belajar tersebut dapat diketahui melalui psikologi pendidikan, maka psikologi pendidikan menjadi sangat penting untuk dipahami dan diterapkan oleh guru pada saat proses belajar mengajar agar memperoleh hasil yang memuaskan

Senin, 24 Maret 2008

Pengalaman Pribadi

Ketika saya duduk di kelas dua SMP saya pernah mengikuti lomba cerdas cermat tingkat SMP Terbuka Sepropinsi Jawa Barat pada tahun 2003 yang lalu,salah adalah salah satu alumni SMP Terbuka SLTPN Bekasi. pada waktu itu merupakan kenangan yang menyedihkan bagi saya, akibat tidak percaya diri prestasi yang diharapkan sirna seperti matahari yang tenggelam di upuk barat redup tidak bercahaya.
waktu itu awalnya saya bersemangat dengan teman-teman mengalahkan anak-anak dari sekolah lain, pada babak penyisihan dan semi pinal berjalan dengan lancar namun ketika babak pinal yang menentukan menuju granfinal saya mulai tidak percaya diri menghadapi teman-teman dari Subang, ibarat pepatah kalah sebelum berperang. sebelum memasuki babak pinal saya merasa tidak percaya diri bahwa penampilan saya akan lebih baik dibandingkan teman-teman saya dari Subang, itulah awal kesirnaan harapan dan cita-cita saya. Akibat saya tidak percaya diri bahan-bahan yang sudah saya siapka didalam otak saya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh dewan juri dengan sendirinya buyar. saya bisu, gemetar, dan panas dingin, sehingga saya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dewan juritetapi bukannya saya tidak tau jawabannya akan tetapi sulit untuk bicara akibat terlalu groginya, padahal pertanyaan itu mudah tetapi kenapa saya tidak dapat menjawabnya, setelah perlombaan usai saya lemas dan menyesal, saya termenung dan bertnya pada diri saya kenapa saya tadi seperti itu? dan Kenapa saya merasa minder dan tidak percaya diri bahwa saya bisa ? namunpenyesalan tiadalah arti dan gunanya ibarat nasi sudah jadi bubur.

Psikologi Perkembangan Remaja

psikologi perkembangan remaja

masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12-14 thn. masa puber atau masa permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat. pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyusuaikan diri dan berintraksi dengan perubahan permulaan remaja, kira-kira umur 14-16 thn. remaja akhir yang kira-kira berumur 18 thn -20 thn ditandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab,membuat pilihan dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa.

Menurut PIAGET Perkembangan KOGNITIF ANAK dikelompokkan dalam 4 tahapan:
1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'.
Menyampaikan cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).

2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit.
Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.

3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
Namun dalam menyampaikan berita Injil harus diperhatikan penggunaan bahasa.
Misalnya: Analogi 'hidup kekal' - diangkat menjadi anak-anak Tuhan dengan konsep keluarga yang mampu mereka pahami.

4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.

Ada kesulitan baru yang dihadapi guru saat memfasilitasi peserta didik, sehingga guru harus menyediakan waktu lebih banyak agar dapat memahami terjadinya perubahan dalam proses perkembangan yang sedang dihadapi peserta didik, terutama ketika memasuki usia pubertas.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun, yang akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Dan periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)

Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ- organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.

Pada fase Remaja, terjadi perkembangan intelektual yang sangat pesat, sehingga seringkali remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.Ekspresi ini menunjukkan pula terjadinya proses erosi percaya diri, namun bisa pula terjadi perkembangan positif seperti meningkatnya rasa percaya diri.

Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.

Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat.

Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.

Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.

Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.

Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.

Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.

Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.

Para pembimbing Remaja dan Guru, diharapkan memahami masalah perkembangan remaja secara utuh, sehingga mampu memberikan bantuan yang sekaligus berperan sebagai solusi bagi masalah yang sedang dihadapinya.