Jumat, 20 Juni 2008

FILSAFAT YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN

PROGRESIFISME

Aliran progresifisme mengakui dan berusaha mnegembangkan asas progresifisme dalam semua realita, terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Progresifisme dinamakan intrumentalis, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, kesejahteraan, dan untuk mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekkan asas eksperiman yang merupakan untuk menguji kebebnaran suatu teori. Progresifisme dinamakan Environtalisme, karena aliran ini mengangkap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian(Noor Syam, 1987 : 228-229)

Tokoh-tokoh Progresifisme antara lain :

  1. William James ; Dilahurman New York, tanggal 11 Januari 1842 dan meninggal di Choruroa, New Hemshire tanggal 26 Agustus 1910. Menurut James bahwa otak atau pikiran seperti juga dari eksistensi organic harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Buku karangannya burjuduk “principles Of Psychology yang terbit tahun 1890. William James terkenal sebagai ahli filsafat pragmatisme dan Empirisme radikal.
  2. John Dewey ; lahir di Borlington Vermont, pada tanggal 20 Oktober 1859, dan meninggal di New York tanggal 1 Januari 1951. beliau juga termasuk salah seorang bapak pendiri filsafat pragmatisme. Dewey mengembangkan pragmatisme dalam bentuknya yang orisinil, tapi meskipun demikian, namanya sering pula dihubunganka terutama sekali dengan versi pemikiran yang disebut Intrumenalisme. Adapun ide filsafatnya yang utama, berkisar dengan hubungan problema pendidikan yang konkrit, baik teori maupun praktik. Reputasi internasionalnya terletak dalam sumbangan pikirannya terhadap filsafat pendidikan progresifisme pendidikan.
  3. Hans Vaihinger ; menurutnya tahu itu hanya mempunayi arti praktis. Kesesuaikan dengan objeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia.
  4. Ferdinant Schiller dan Georges Santayana ; kedua orang ini bisa digolongkan pada penganut pragmatisme. Tapi amat sukar untuk memberikan sifat bagi hasil pemikiran mereka, karena amat pengaruh yang bertentangan dengan apa yang di alaminya (Poedjayatna, 1990: 133)

Filsafat Progresifisme sama dengan pragmatisme. Penamaan filsafat progresifisme atau pragmatisme ini merupakan perwujudan dari ide asal wataknya. Filsafat in juga tidak mengakui kemutlakan hidup, menolak absolutisme dan otoritalisme dalam segala bentuknya, nilai-nilai yang dianut bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan. Dengan demikian filsafat progresifisme menjunjung tinggi hak asasi individu dan menjunjung tinggi akan nilai demokrasi.

ESSENSIALISME

Essensialisme adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang sudah ada sejak awal pradaban umat manusia.esensialisme muncul pada zaman renaicance.Aliran ini memberikan dasar berfijak pada pendidikan yang penuh pleksibilitas terbuka untuk perubahan, toleransi,dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu, filsafat ini memandang pendidikan harus berfijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama dan tata yang jelas, yang memberikan kesetabilan. Puncak repleks gagasan ini adalah pada pertengan ke dua abad ke 19.

Renaisence merupakan pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membebtuk peribadi yang bahagi di dunia dan akhirat, isi pendidikanya mencakup ilmu pengetahuan, kesenia dan segala hal yang mampu menggerakan segala kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi aliran ini semacam miniature dunia yang bisa dijadikan ukuran kenyataan kebenaran dan keagungan. Salah satu tokoh dari aliran ini adalah Hegel, Robert Ulich, dan Butler.

REKONSTRUKSIONISME

Kata Rekonstruksionisme dalam bahasa inggris reconstruct yang berarti menyusun kembali dalam filsapat pendidikan aliran ini adalah adalah suatu alirang yang berusaha merombak tata susunan lam dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak moderen. Pada prinsipnya aliran ini sepaham dengan aliran perenialisme. Menurut Syam( 1985: 340) kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan kesimpang siuran.

Walaupun demikian, tetapi kedunya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi. Aliran perenialisme mempunyai cara tersendiri, yaitu dengan kembali kealam kebudayaan lama atau dikenal dengan regressive road culture yang mereka anggap paling ideal. Sementara rekonstruksialisme menempuh dengan jalan berupaya membina suatu consensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat islam, aliran ini berkeyakinan bahwa tugas menyelamatkan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa