Ketika saya duduk di kelas dua SMP saya pernah mengikuti lomba cerdas cermat tingkat SMP Terbuka Sepropinsi Jawa Barat pada tahun 2003 yang lalu,salah adalah salah satu alumni SMP Terbuka SLTPN Bekasi. pada waktu itu merupakan kenangan yang menyedihkan bagi saya, akibat tidak percaya diri prestasi yang diharapkan sirna seperti matahari yang tenggelam di upuk barat redup tidak bercahaya.
waktu itu awalnya saya bersemangat dengan teman-teman mengalahkan anak-anak dari sekolah lain, pada babak penyisihan dan semi pinal berjalan dengan lancar namun ketika babak pinal yang menentukan menuju granfinal saya mulai tidak percaya diri menghadapi teman-teman dari Subang, ibarat pepatah kalah sebelum berperang. sebelum memasuki babak pinal saya merasa tidak percaya diri bahwa penampilan saya akan lebih baik dibandingkan teman-teman saya dari Subang, itulah awal kesirnaan harapan dan cita-cita saya. Akibat saya tidak percaya diri bahan-bahan yang sudah saya siapka didalam otak saya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh dewan juri dengan sendirinya buyar. saya bisu, gemetar, dan panas dingin, sehingga saya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dewan juritetapi bukannya saya tidak tau jawabannya akan tetapi sulit untuk bicara akibat terlalu groginya, padahal pertanyaan itu mudah tetapi kenapa saya tidak dapat menjawabnya, setelah perlombaan usai saya lemas dan menyesal, saya termenung dan bertnya pada diri saya kenapa saya tadi seperti itu? dan Kenapa saya merasa minder dan tidak percaya diri bahwa saya bisa ? namunpenyesalan tiadalah arti dan gunanya ibarat nasi sudah jadi bubur.
waktu itu awalnya saya bersemangat dengan teman-teman mengalahkan anak-anak dari sekolah lain, pada babak penyisihan dan semi pinal berjalan dengan lancar namun ketika babak pinal yang menentukan menuju granfinal saya mulai tidak percaya diri menghadapi teman-teman dari Subang, ibarat pepatah kalah sebelum berperang. sebelum memasuki babak pinal saya merasa tidak percaya diri bahwa penampilan saya akan lebih baik dibandingkan teman-teman saya dari Subang, itulah awal kesirnaan harapan dan cita-cita saya. Akibat saya tidak percaya diri bahan-bahan yang sudah saya siapka didalam otak saya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh dewan juri dengan sendirinya buyar. saya bisu, gemetar, dan panas dingin, sehingga saya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dewan juritetapi bukannya saya tidak tau jawabannya akan tetapi sulit untuk bicara akibat terlalu groginya, padahal pertanyaan itu mudah tetapi kenapa saya tidak dapat menjawabnya, setelah perlombaan usai saya lemas dan menyesal, saya termenung dan bertnya pada diri saya kenapa saya tadi seperti itu? dan Kenapa saya merasa minder dan tidak percaya diri bahwa saya bisa ? namunpenyesalan tiadalah arti dan gunanya ibarat nasi sudah jadi bubur.